Pernahkah Anda mendengar seseorang yang gagal dan putus asa lalu berkata, “yah, sudah nasib saya jadi orang miskin kayaknya” atau “memang sudah takdirnya kita hidup jadi orang kecil” atau “sepertinya memang garis hidup kita tidak menjadi orang besar”, dan yang lainnya.
Benarkah ketika manusia diciptakan dan diturunkan ke dunia, ada manusia yang Allah cap langsung sebagai orang yang gagal, orang yang tidak diperkenankan berhasil dan menjadi orang besar?, atau ada orang yang sudah langsung dicap menjadi orang yang tidak bisa mencapai hal-hal yang diimpikannya? Bambang, tidak ingin memberi jawabannya disini mari kita cari jawabannya bersama-sma dengan analogi berikut.
Alkisah......
Ada seorang yang ditangkap karena mencuri dan setelah berhari-hari ia tertangkap oleh petugas, kemudian ia diadili. Di pengadilan hakim bertanya pada si pencuri, “hei, kenapa kamu mencuri?” pencuri menjawab, “aku mencuri karena kehendak Allah, kalau Allah tidak menghendakiku untuk mencuri tentu Ia akan menghalang-halangiku sampai aku tidak berhasil mencuri, tapi ternyata aku berhasil mencuri.” Hakim langsung berkata pada petugas, “hm... petugas, jebloskan dia ke penjara dan potong tangannya”, si pencuri membela, “hei, hakim... kenapa Engkau menghukumku? Aku mencuri karena Allah memang berkehendak aku mencuri, kalau Ia tidak berkehendak tentu usahaku akan digagalkan-Nya”,
hakim menjawab dengan tersenyum dan tenang,”aku juga menghukummu karena Allah menghendakiku untuk menghukummu, kalau ia tidak menghendakiku untuk menghukummu tentu Ia akan menghalang-halangi dan menggagalkan usahaku menghukummu”.
Kawan, berbicara mengenai nasib kita sebaiknya tidak menghubungkannya dengan takdir untuk menutup-nutupi kelemahan dan kemalasan kita. Misal, karena malas, seseorang berkata, “ya, mungkin sudah takdirnya kami hidup seperti ini, apa adanya saja jadi orang kecil” atau “mungkin sudah guratan hidup kami bahwa kami akan gagal.” Saya sangat meyakini bahwa memang semua sudah tertulis di Lawh Mahfudz mengenai semua ketetapan dan takdir kita selama hidup di dunia, tapi bolehkah kita berlindung di balik kata takdir untuk menutupi kekurangan dan kemalasan kita? Lalu kenapa kita tidak boleh membicarakan dan berlindung dibalik kata takdir ketika gagal? Jawabannya karena kita tidak tahu apa yang tertulis di Lawh Mahfudz!!!
Memangnya ketika ada orang yg gagal lalu putus asa kemudian dia berkata, “ya, memang sudah takdirnya kami hidup seperti ini, jadi orang kecil, hidupmah musti ridho” lihat sekilas perkataannya benar, tapi ada yang aneh. Apa coba? Perhatikan kalimat ini, “MEMANG SUDAH TAKDIRNYA KAMI HIDUP SEPERTI INI....” dari mana dia tahu takdirnya seperti itu? Memangnya dia pernah melihat apa yang tertulis di Lawh Mahdudz? Dia sok tahu, dia berlindung dan berusaha menyelamatkan muka di hadapan banyak orang mengenai keengganannya berubah.
Kembali membahas mengenai kunci yang pernah kita bahas di pesan BMI yang lalu. Di (Q.S. Ar-ra’du : 11) Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu kaum, sampai kaum itu mengubah APA-APA yang ada pada DIRI MEREKA sendiri”
Artinya, Dia menahan dirinya untuk turun tangan dalam hidup orang-orang yang malas, Dia menahan dirinya dengan seolah-olah berkata, “Aku tidak akan turut campur dalam hidup orang yang hanya bisa mengeluh, menyalahkan takdir dan ketetapanKu, dalam hidup orang-orang yang tidak mau berikhtiar”. Lihat ayat barusan, artinya Dia memberikan pilihan pada kita, mau merubahnya atau tidak. Kalau mau Dia akan turun tangan dalam urusan kita, kalau tidak mau ikhtiar, Dia menahan dirinya untuk turun tangan.
Jadi mari kita belajar untuk bisa berprasangka baik, bahwa tidak mungkin Allah menyengsarakan hidup hambanya, tidak mungkin sejak diciptakan kedunia ia ditakdirkan untuk hidup sengsara. Saya tidak membicarakan masalah harta, saya membicarakan keberhasilan seseorang mendapatkan kebahagiaan baik itu dari hal material atau imaterial.
Kesimpulan : jangan sok tau bilang ini sudah takdir bahwa kita hidup sebagai orang kecil dan gagal, memangnya sudah melihat apa yang tertulis di Lawh Mahfudz apa? Kalau belum, jadi jangan bawa-bawa takdir untuk berlindung. Mari saling mengingatkan untuk terus berusaha, berkarya, berdoa untuk merubah takdir kita menjadi lebih baik. ^_^ mengingatkan diri pribadi yang banyak kekurangan. Insya Allah sambil jalan.
Oleh: BMI
Ditulis oleh:
Ismail Mujaddid™ - Kamis, 30 Agustus 2012 - Rating: 5
Terima kasih sudah membaca artikel kategori Download
dengan judul Jangan Sok Tahu Soal Takdir. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://reshuffle-blog.blogspot.com/2012/08/jangan-sok-tahu-soal-takdir.html. Jangan lupa share ke teman-teman ya.
Belum ada komentar untuk "Jangan Sok Tahu Soal Takdir"
Posting Komentar